Wilujeung Sumping

Wilujeung Sumping ...

Ngahaturkeun segala data mudah-mudahan bisa bermanfaat untuk di baca, di pelajari dan di amalkan.

Selasa, 05 Maret 2013

Wujud Kepribadian Seorang Mukmin



Wujud Kepribadian Seorang Mukmin

Oleh : Angga Ghifar Elkareem
Mahasiswa Fakultas Ekonomi STIE Muhammadiyah Bandung

Mukmin/Mu'min adalah istilah Islam dalam bahasa Arab yang sering disebut dalam Al-Qur'an, berarti "orang beriman” yang dalam pengertiannya adalah orang yang takwa kepada Allah SWT dengan sebenar-sebenarnya takwa. Dalam arti senantiasa menjalankan segala perintah-Nya, menjauhi semua larangan-Nya, dan berjihad dengan harta jiwa mereka pada jalan Allah SWT. Selain itu kata mukmin yang merujuk pada kata dasar Amana - Yukminu - Amanan - Wamakmanan - Fahua Mukminun. Kata tersebut terkait dengan kata dasar Amana, yang dapat diartikan aman, dapat dipercaya serta loyal. Dengan sebutan itu sebenarnya kaitanya adalah bahwa seorang mukmin sebenarnya adalah seorang yang seharusnya mampu menciptakan rasa aman dan loyal, dapat dipercaya dan mampu menciptakan kedamaian bagi sekelilingnya. Seorang mukmin adalah seorang pecinta, seorang yang bertanggung jawab untuk menciptakan rasa aman bagi lingkungan dan dunia sebagai manusia yang berbudi luhur sebagai bentuk keimanan terhadap Allah yang menciptakan. Seperti di dalam al-Quran disebutkan :
"Orang-orang yang beriman, pria dan wanita, sebagian mereka menjadi penolong sebagian yang lain. Mereka menyuruh (berbuat) yang ma’ruj, dan mencegah dari yang munkar, mendirikan sholat, membayar zakat, serta taat kepada Allah dan Rosul-Nya." (QS.At-Taubah: 71). Seperti yang disebutkan dalam ayat tersebut bahwa telah diterangkan mengenai ciri-ciri (karakteristik) orang beriman. Karakteristik orang yang beriman disebutkan merupakan wujud nyata akan kepasrahan yang mendalam terhadap kebenaran yang ada dalam Islam. Karakteristik orang beriman juga dimaksudkan sebagai pembeda antara orang yang telah pasrah sepenuhnya terhadap kebenaran Islam dengan yang belum menerima kebenaran Islam. 
           
Menjadi seorang mukmin sejati bukanlah suatu perkara yang sangat mudah, didalamnya ada beberapa macam persoalan yang harus bisa dihadapi dengan landasan tawakal terhadap sang maha pencipta. Yakni orang-orang yang bertawakal adalah orang-orang yang benar-benar memasrahkan dirinya secara penuh kepada Allah dengan keyakinan, dan tidak ada sedikitpun keraguan atau rasa takut dalam dirinya, sesuai yang tercantum di dalam ayat suci al-Qur’an :
“Sesungguhnya orang-orang mukmin yang sebenarnya adalah mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu, dan mereka berjihad dengan harta dan jiwanya di jalan Allah. Mereka itulah ornag –orang yang benar. (Q.S. al-Hujurat : 15)


Berbicara tentang tawakal, tentunya harus ada keseimbangan dan kebersamaan antara kapasitas dan otonomi manusia, juga kapasitas dan otonomi Tuhan di dalam suatu perbuatan. Maksudnya, seberapa besar kapasitas dan otonomi manusia dalam kehidupan, juga kapasitas dan otonomi tuhan dalam menentukan perbuatan kita atau yang memberi arahan didalam menjalankan kehidupan. Inilah kiranya yang sering menjadi perbincangan di antara kalangan manusia. Apakah perbuatan kita adalah perbuatan kita sendiri ataukah perbuatan yang dikendalikan oleh Tuhan layaknya seperti robot yang semua perilakunya dikendalikan oleh sang pemilik? ataukah kita ini termasuk manusia yang hidup dengan sebebas-bebasnya tanpa ada aturan atau pengendalian?. Persoalan seperti ini tentu perlu kita ketahui, karena dengan tersingkapnya rahasia ini hidup akan terasa lebih mudah.

Didalam kehidupan ini sering kita jumpai berbagai macam permasalahan, ada juga yang membuat diri kita seakan-akan kelelahan. Kelelahan seoang istri atau ibu yang selalu berperan selama 24 jam. Kelelahan seorang ayah atau suami yang setiap hari bergulat dengan pahit getirnya kehidupan berhadapan dengan segala bentuk persaingan, demi keberlangsungan kehidupan keluarga, dan masih banyak kelelahan-kelelahan yang mendera di segala aspek rutinitas kegiatan manusia. Tuntutan hidup dan tantangan zaman seperti diatas ibaratkan menjadi sebuah bumbu yang akan selalu dilewati oleh setiap insan, bukan hanya oleh manusia saja melainkan seluruh makhluk yang ada di muka bumi pun pasti merasakan hal yang sama. Namun tanpa kita sadari keadaan seperti itu sering kali membuat kita mengeluh akan kenyataan hidup yang dilewati baik yang manis ataupun yang pahit. Tak jarang kita pun sering beranggapan bahwa tuhan tidak pernah adil terhadap keadaan hambanya. Timpaan musibah yang tidak pernah lepas dari kehidupan, seolah-olah telah menjadi hukuman yang membuat hamba semakin menderita. Tentu kita ingin menikmati kehidupan yang tenang, kita ingin memiliki waktu yang cukup untuk beristirahat, bersenang-senang tanpa ada beban yang dipikirkan. Tetapi jalan kehidupan seperti tak pernah memberikan kesempatan untuk kita merasakan semua itu.  Justru dengan pemikiran seperti inilah seseorang telah menjauhkan dirinya terhadap kasih sayang dari sang maha pencipta, dan tentunya hal itu pula yang menandakan bahwa seseorang tidak memaknai secara benar arti dari kehidupan yang sebenarnya.

Coba kita lihat sejenak makhluk hidup lain yang ada di sekitar kita seperti matahari, bulan, bintang yang gemerlap, pepohonan yang rindang maupun tumbuhan dan binatang-binatang, hidup mereka tidak jauh berbeda dengan manusia. Hidup di muka bumi sebagai hamba yang mengikuti aturan Illahi dan menjalankan aktifitasnya dengan rasa keikhlasan. Memang kita tidak pernah mengetahui apakah mereka sering mengeluh atau tidak, akan tetapi dapat kita lihat dengan seksama bahwa makhluk selain manusia mereka tidak pernah gentar untuk menjalani hidupnya, biar kata harus mati mereka rela karena itulah sudah menjadi ketentuan-Nya. di dalam ayat suci al-Qur’an disebutkan :

“Dan kami pasti akan menguji kamu sekalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar”(Q.S. al-Baqarah : 155-157)

Ayat diatas dengan terang menjelaskan bahwa hidup manusia ibaratkan pepatah yang mengatakan “Jalan itu tidak selamanya datar”, oleh karena itu kehidupan manusia akan selalu dilanda oleh berbagai macam cobaan dan tantangan. Tentunya kita sudah tahu bahkan sudah paham arti dari cobaan yang Allah berikan itu. ayat diatas pun menerangkan beruntunglah bagi orang-orang yang sabar, maka dengan terang Allah menguji kesabaran setiap hamba agar semakin tinggi derajat iman dan taqwanya.  Bisa kita ambil contoh dari salah satu ciptaan Allah yang bisa memberikan makna tentang nilai keikhlasan dan kesabaran, seperti sang mentari yang selalu bersinar memancarkan cahayanya sehingga memberikan kehangatan bagi manusia dan menjadi sumber kehidupan untuk makhluk lainnya. Manusia dapat berktifitas di siang hari itu pun karena pancaran cahayanya, padahal jika kita tinjau matahari merupakan bola raksasa yang terbentuk dari gas hidrogen dan helium. Matahari termasuk bintang berwarna putih yang berperan sebagai pusat tata surya. Seluruh komponen tata surya termasuk 8 planet dan satelit masing-masing, planet-planet kerdil, asteroid, komet, dan debu angkasa berputar mengelilingi Matahari. Di samping sebagai pusat peredaran, Matahari juga merupakan sumber energi untuk kehidupan yang berkelanjutan. Panas Matahari menghangatkan bumi dan membentuk iklim, sedangkan cahayanya menerangi Bumi serta dipakai oleh tumbuhan untuk proses fotosintesis. Tanpa Matahari, tidak akan ada kehidupan di Bumi karena banyak reaksi kimia yang tidak dapat berlangsung. Sungguh berat juga aturan yang harus dijalani oleh sang mentari, akan tetapi pernahkah ia mengeluh dengan tidak mentaati peraturan Illahi dan ia pun tidak menampakan cahayanya lagi ? kalaulah terjadi hal yang demikian, sungguh bumi ini seakan-akan terasa mati.

Selain dari matahari kita bisa mengambil hikmah dari pepohonan yang menjulang tinggi, tumbuh dan memberikan kesejukan karena daunnya yang rindang, tegak dan tak goyah karena akar dan batangnya yang besar serta kuat, sehingga manusia pun bisa secara nyaman merebahkan tubuhnya dan bersandar di bawahnya. Jika tidak ada pohon yang rindang, niscaya meski di pegunungan pun akan terasa panas karena tubuh kita terkena sinar matahari secara langsung. Bunga-bunga atau pepohonan yang rendah (lebih rendah dari tinggi manusia) tidak akan memberi naungan yang sejuk bagi kita. Pohon merupakan salah satu mahluk hidup yang dapat menyelamatkan bumi kita dari pemanasan global. Pohon mempunyai banyak manfaat yang dihasilkan salah satunya adalah menyerap karbondioksida dan menghasilkan oksigen sebagai udara untuk kita bernafas. Kegiatan yang setiap kali pohon lakukan dengan memasok kebutuhan oksigen (O2). Melalui proses fotosintesis, tajuk pohon mengurangi kadar CO2 (hasil aktivitas manusia, pabrik, kendaraan bermotor) di udara dan menghasilkan O2 yang sangat diperlukan oleh manusia. Menurut Mudjono (1977) Proses ini sangat penting sebab gas CO2 sangat beracun dan bila dalam jumlah yang berlebihan akan menimbulkan efek rumah kaca. Menyaring kotoran (debu jalanan, abu pabrik/rumah tangga). Dengan struktur tajuk dan kerimbunan dedaunan, debu, dan abu dapat menempel pada daun, yang di saat hujan akan tercuci oleh air hujan. Dengan tajuknya yang lebat, barisan pohon mampu mengurangi kecepatan angin. Menurut Kitredge (1948), jalur hijau (shelterbelts) mampu mereduksi 20% dari kecepatan angin di tempat terbuka. Ini berarti dapat mengurangi kadar debu yang beterbangan. Pekerjaan yang sungguh luar biasa dilakukan oleh sebatang pohon, pekerjaan yang jika dilakukan oleh manusia pastinya akan membunuh saraf-saraf yang ada karena menghirup racun, sedangkan pepohonan menghirup racun untuk dikeluarkan menjadi sumber kehidupan bagi manusia melalui udara. Andaikan saja dibumi ini tidak ada pepohonan apa yang akan terjadi ? sebuah perenungan yang harus kita hayati atas segala penciptaan yang ada di muka bumi ini. Perenungan untuk mawas dan lebih mensyukuri terhadap karunia yang telah Allah berikan.

Orang-orang yang memiliki pemahaman terhadap diri dan Tuhan secara baik tidak akan dipusingkan oleh pikiran-pikiran seperti diatas. Mereka menikmati hidup dengan tenang. Hati mereka dipenuhi oleh perasaan cinta kepada Allah yang biasa disebut dengan ma’rifatullah. Ke mana mereka akan melangkah, ke mana mereka akan menuju, semua sudah begitu jelas. Orang-orang yang mempunyai visi dalam hidupnya akan menerima dirinya sebagai apa adanya, menerima orang lain dengan sepenuh hati. Sementara orang yang selalu merasa lelah ataupun mengeluh dalam kehidupannya itu disebabkan karena tidak memiliki visi yang pasti dalam hidupnya. Orang-orang yang beriman sudah seharusnya menjalani siklus kehidupan dengan penuh perasaan senang dan lapang dada menerima apa yang telah diberikannya. Visi dalam menjalani hidup ini merupakansebuah tujuan yang paling tinggi untuk menggapai ridho Allah ta’ala. Orang-orang yang beriman tentunya mereka akan merelakan segala apa yang dimilikinya demi menjalankan syariat dan memberikan kesejahteraan untuk umat. Mereka tidak akan pernah gentar dan takut untuk menjalani hidup dengan merasakan kesusahan ataupun disaat mendapatkan kebahagiaan, karena tujuan mereka adalah apa yang sudah Allah janjikan, seperti yang tercantum di dalam ayat suci al-Qur’an :
Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka” (Q.S. at-Taubah : 111)
            Ayat diatas dengan jelas memberikan sebuah jawaban bagi orang-orang yang masih mempertanyakan mengenai kehidupannya. Yang masih belum puas menikmati masa-masa hidupnya. Sesungguhnya tiada suatu pun dalam kehidupan ini yang lebih berharga bagi manusia daripada iman. Dengan bekal iman yang benar, seseorang akan bisa merasakan indahnya kehidupan dunia dan nikmatnya kehidupan akhirat. Sebab dalam hidup ini berlaku dua rumus paten, orang yang mati tetap memegangi imannya ia akan masuk sorga dengan segala keindahannya, dan orang yang mati tidak memiliki iman ia akan masuk neraka dengan segala kepedihannya.  
Wallahu’alam Bisshawab

Prof. Dr. H. Nasarudin Umar, M. A : 40 Seni Hidup Bahagia, 2005

4 komentar: